gambar

gambar
mobil impian gw

Minggu, 29 Mei 2011

Si Pahit Lidah dan dan si mata empat


Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat

          Di Bandar Lampung terdapat sebuah danau yang indah bernama Danau Ranau. Danau ini adalah saksi perkelahian dua pendekar bernama Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat.
          Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat adalah dua jawara gagah berani yang terkenal di daerah Banding Agung. Mereka amat disegani lawan-lawannya. Baik Si Pahit Lidah maupun Si Mata Empat, keduanya merasa paling hebat diantara keduanya. Akhirnya, karena ingin membuktikan siapa yang lebih hebat di antara mereka berdua, mereka sepakat untuk bertemu dan mengukur kekuatan masing-masing. Caranya, keduanya harus tidur menelungkup di bawah rumpun bunga Aren. Lalu, bunga Aren di atas akan dipotong oleh si lawan. Siapa bisa menghindar dari bunga Aren yang besar, lebat dan berat itu, dialah yang akan disebut jawara.
          Mereka kemudian menentukan hari yang tepat.
          Si Mata Empat mendapat giliran pertama. Sesuai namanya, Si Mata Empat juga memiliki dua mata lain, yakni di belakang kepalanya.
          Si Pahit Lidah lalu memanjat pohon Aren dan memotong bunganya.
          Tentu saja mata Si Mata Empat dapat melihat ketika bunga Aren jatuh meluncur ke bawah. Sehingga ia bisa menghindar dengan mudah dan bisa selamat.
          Kini giliran Si Pahit Lidah.
          Si Mata Empat mulai memanjat dan Si Pahit Lidah sudah menelungkupkan badannya di bawah rumpun pohon Aren itu. Ketika bunga Aren itu sudah dipotong… clazzz…. Gugusan bunga itu meluncur ke bawah….
          Si Pahit Lidah tak bisa mengetahui hal itu. Badannya tetap berada di bawah luncuran bunga itu. Ia tak menghindar. Tentu saja bunga itu menghujam tubuhnya jadi luluh. Ia pun tewas seketika!
          Si Mata Empat senang dan merasa puas. Ia bisa membuktikan pada semua orang, dirinyalah yang lebih saksi dari Si Pahit Lidah.
          Namun rasa ingin tahunya muncul, mengapa lawannya itu mendapat julukan Si Pahit Lidah? Benarkah lidahnya memang pahit? Lalu karena penasaran, ia cucukkan jarinya ke dalam mulut Si Pahit Lidah yang sudah mati itu. Setelah itu, dicecapnya jarinya sendiri yang sudah terkena liur Si Pahit Lidah. Rasanya pahit sekali!
          Rupanya itu racun yang mematikan. Maka Si Empat Mata pun tewas di tempat yang sama. Kedua jawara ini lalu dimakamkan di tepi danau Ranau.
          Kini danau itu menjadi tempat wisata yang mempesona.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar